🦦 Siapakah Tokoh Yang Menjadi Penggagas Bahwa Pengetahuan Merupakan Hasil Sintesis
Ajaranyang dikaitkan dengannya telah diturunkan melalui tradisi pengajaran oral. 3. Jesus Christ : Nabi Islam (Tokoh agama Kristian) Dalam kepercayaan orang Kristian, Jesus Christ merupakan anak kepada Tuhan dan tokoh agama Kristian namun beliau merupakan seorang nabi iaitu Isa dalam agama Islam. Al-Quran dan hadis menyebut bahawa Nabi Isa
1 LOGO ALIRAN-ALIRAN & TOKOH-TOKOH FILSAFAT ILMU Bahan Kuliah Filsafat Sains & Teknologi UMBY. 2. LOGO Aurelius Teluma Pengantar Pengertian ilmu pengetahuan harus dipahami dalam konteks suatu perkembangan menuju kesempurnaan. Perkembangan filsafat ilmu berkaitan dg perkembangan filsafat pada satu sisi dan ilmu pengetahuan di sisi yang lain
TOKOHAKUNTANSI INDONESIA. 1.Drs. Achmad Djunaidi, Ak. bapak ini lahir di Lubuk Linggau,12 Juni1943,dan sekarang tinggal di jakrta barat lubuk liggau , bapak ini tamatan dari fakultas hukum di universitas sriwijaya di palembang pada tahun 1962-1964 dan pada tahun 966 dilanjutkan kuliahnya dengan kuliah di akedemi ajun akuntasi di bandung dan
AchmadSoebardjo merupakan sosok bijaksana yang yakin bahwa Indonesia memang benar harus memproklamirkan kemerdekaannya tetapi tidak menuruti keinginan anak-anak muda yang terlalu buru-buru. Profesor Mr. Achmad Soebardjo menjadi Menteri Luar Negeri RI pertama. 5. Fatmawati. Jangan lupakan juga tokoh perempuan hebat yang satu ini ya, Quipperian.
Siapakahtokoh yang menjadi penggagas bahwa pengetahuan merupakan hasil sintesis dari rasio manusia dan pengalaman? - 45408943 novalia77 novalia77 15.10.2021 PPKn Sekolah Menengah Atas terjawab Siapakah tokoh yang menjadi penggagas bahwa pengetahuan merupakan hasil sintesis dari rasio manusia dan pengalaman? 1 Lihat jawaban Iklan Iklan YazAjah
Notoatmodjo(2001) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan stimuli yang dapat merubah perilaku seseorang setelah melalui proses adopsi yang relatif lama. Pengetahuan merupakan hasil "tahu", dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Siapakahtokoh yang menjadi penggagas bahwa pengetahuan merpakan hasil sintesis dari rasio manusia dan barat selama 350 tahun E. Dengan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang majemuk akan menjadi kukuh dan dalam berbagai proses kelembagaan sehingga mudah diakses oleh mereka yang membutuhkan merupakan pengertian
Siapakahyang menjadi tokoh pembantu atau tokoh tambahan dalam cerita Cindelaras tema 8 kelas 4 soal halaman 153 penjelasan lengkap. Pembahasan kali ini merupakan lanjutan tugas sebelumnya, Saat itu, Raden Putra tidak mengetahui bahwa ibu Cindelaras sedang mengandung. Mendengar cerita ibunya, Cindelaras bertekad untuk menemui Raden
pengetahuanmerupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. T = 50 + 10 Keterangan: x = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T = Mean skor kelompok s = Deviasi standar skor kelompok Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi dalam dua kategori yakni
TAvk5lW. Filsafat yang dipercaya terlahir di Yunani pada sekitar abad ke-4 SM, terus berkembang hingga ke daratan Eropa Tengah, dengan melalui berbagai periode, antara lain periode klasik/kuno, periode abad pertengahan, hingga sampailah pada periode modern. Seiring dengan semakin banyaknya pemikir-pemikir filsafat serta tokoh-tokoh filosof pada perkembangannya kemudian melahirkan bermacam-macam aliran filsafat, antara lain aliran rasionalisme, kemudian muncul juga aliran empirisme. Kedua aliran ini, rasionalisme dan empirisme, mempunyai pandangan yang bertolak belakang. Berlatar belakang fenomena perbedaan aliran pemikiran inilah seorang filsuf asal Jerman mencoba mengkritik kedua aliran tersebut, bahwa sebenarnya masing-masing dari kedua aliran tersebut tidaklah seratus persen benar ataupun seratus persen salah. Masing-masing aliran tersebut mempunyai aspek yang menurut Kant benar, namun ada juga yang salah, sehingga beliau berusaha untuk menemukan titik tengahnya, mendamaikan dan memadukan kedua aliran pemikiran tersebut. Immanuel Kant adalah filsuf yang hidup pada puncak perkembangan abad pencerahan’, yaitu suatu masa dimana corak pemikiran yang menekankan kedalaman unsur rasionalitas berkembang dengan pesatnya. Pada masa itu lahir berbagai temuan dan paradigma baru dibidang ilmu, dan terutama paradigma ilmu fisika alam. Latar Belakang Biografis Immanuel Kant Immanuel Kant lahir pada tanggal 22 April 1724 di Königsberg, Prusia Timur, Jerman. Kant lahir sebagai anak keempat dari suatu keluarga miskin. Keluarganya menganut kristiani yang shaleh.[1] Keyakinan agamanya itu sekaligus merupakan latar belakang yang cukup penting bagi pemikiran filosofisnya, terutama masalah etika. Orang tua Kant adalah pembuat pelana kuda dan penganut setia gerakan Peitisme. Pada usia 8 tahun Kant memulai pendidikan formalnya di Collegium Fridericianum, sekolah yang berlandaskan semangat Peitisme. Pada tahun 1740 Kant meninggalkan gymnasium dan melanjutkan studinya tentang teologi di Universits Königsberg saat usianya 16 tahun. Namun perhatiannya justru tercurah pada filsafat, ilmu pasti dan fisika. Karena tidak mampu membiayai studinya, Kant memperoleh uang studinya dari beasiswa. Setelah selesai ia menjadi guru privat. Sejak kecil ia tidak meninggalkan desanya, kecuali hanya selama beberapa waktu singkat untuk mengajar di desa tetangganya. Kemudian pada tahun 1755, ia kembali ke Universitas Königsberg menjadi dosen. Hidupnya dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pra-kritis dan tahap kritis. Semula Kant dipengaruhi oleh rasionalisme Leibniz dan Wolf, kemudian dipengaruhi oleh empirisme Hume, sedang Rousseau juga menampakkan pengaruhnya. Menurut Kant sendiri Hume-lah yang menjadikan ia bangun dari tidurnya dalam dogmatism. Hume berpendapat bahwa empiris adalah sebuah pengetahuan yang tak lebih dari kesan-kesan inderawi saja, namun Kant menentangnya. Kant menulis tentang berbagai masalah dari bidang ilmu alam, ilmu pasti, dan filsafat. Kemudian, selama 11 tahun tak ada tulisan Kant apapun, itulah saat pemikiran Kant berubah, kira- kira tahun 1770 sebagai garis perbatasannya, yaitu ketika ia menerima jabatan Guru Besar Logika dan Metafisika di Königsberg.[2] Sejak itu ia menyodorkan filsafatnya kepada dunia dengan penuh kepastian, sedang sebelumnya masih terdapat perubahan-perubahan dalam tulisan tulisannya. Immanuel Kant meninggal menjelang usia 80 tahun pada 12 Februari 1804 di Königsberg. Latar Belakang Pemikiran Immanuel Kant Pemikiran Kant mengalami empat periode perkembangan, yaitu Periode pertama ialah ketika ia masih dipengaruhi oleh Leibniz-Wolf, yaitu sampai tahun 1760. Periode ini sering disebut periode rasionalistik. Periode kedua berlangsung antara tahun 1760–1770, yang ditandai dengan semangat skeptisisme. Periode ini sering disebut periode empiristik karena dominasi pemikiran empirisme Hume. Karyanya yang muncul dalam periode ini adalahDream of a Spirit Seer. Periode ketiga dimulai dari inaugural disertasinya pada tahun 1770. Periode ini bisa dikenal sebagai periode kritis. Karyanya yang muncul dalam periode ini diantaranya The Critique of Pure Reason 1781, Prolegomena to any Future Methaphysics 1787, Metaphysical Foundation of Rational Science 1786, Critique of Practical Reason 1788, Critique of Judgment 1790. Periode keempat berlangsung antara tahun 1790 sampai tahun 1804. Pada periode ini Kant mengalihkan perhatiannya pada masalah religi dan problem-problem sosial. Karya Kant yang terpenting pada periode keempat adalah Religion within the Limits of Pure Reason1794 dan sebuah kumpulan essei berjudul Eternal Peace 1795. Pada awalnya Immanuel Kant memandang rasionalisme dan empirisme senantiasa berat sebelah dalam menilai akal dan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Rasionalisme berpendirian bahwa rasio merupakan sumber pengenalan atau pengetahuan. Rasionalisme mengira telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subyeknya, lepas dari pengalaman. Sedangkan empirisme berpendirian bahwa pengalaman menjadi sumber pengetahuan. Empirisme mengira telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman saja. Menurut Kant, pengenalan manusia merupakan sintesis antara unsur-unsur a priori dan unsur-unsur a posteriori, yaitu unsur rasio/akal dan juga unsur inderawi/pengalaman. Menurutnya akal murni itu terbatas, menghasilkan pengetahuan tanpa dasar inderawi atau independen dari alat pancaindera.[4] Hal inilah yang kemudian memicu Kant bersikap kritis untuk menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia, yang kemudian melahirkan filsafat kritisisme, atau ada juga yang menyebutnya dengan Kanteisme. Dari sikap kritis Kant itulah muncul pertanyaan-pertanyaan dalam benaknya Apa yang dapat saya ketahui? Apa yang harus saya lakukan? Apa yang boleh saya harapkan? Teori Pengetahuan Immanuel Kant Dari pertanyaan-pertanyaan kritis dalam benak Immanuel Kant seperti yang telah disebutkan di atas, ia menjawabnya sebagai berikut Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indra. Lain daripada itu merupakan “ilusi” noumenon saja, Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan. Yang bisa diharapkan manusia, ditentukan oleh akal budinya. Menurut Kant, syarat dasar bagi segala ilmu pengetahuan adalah bersifat umum dan mutlak memberi pengetahuan yang baru Menurut Kant juga, ada tiga tingkatan pengetahuan manusia, yaitu Tingkat Pencerapan Indrawi Sinneswahrnehmung Unsur a priori, pada taraf ini, disebut Kant dengan ruang dan waktu. Dengan unsur a priori ini membuat benda-benda objek pencerapan ini menjadi meruang’ dan mewaktu’. Pengertian Kant mengenai ruang dan waktu ini berbeda dengan ruang dan waktu dalam pandangan Newton. Kalau Newton menempatkan ruang dan waktu di luar’ manusia, kant mengatakan bahwa keduanya adalah apriori sensibilitas. Maksud Kant, keduanya sudah berakar di dalam struktur subjek. Ruang bukanlah ruang kosong, ke dalamnya suatu benda bisa ditempatkan; ruang bukan merupakan “ruang pada dirinya sendiri” Raum an sich. Dan waktu bukanlah arus tetap, dimana pengindraan-pengindraan berlangsung, tetapi ia merupakan kondisi formal dari fenomena apapun, dan bersifat apriori yang bisa diamati dan diselidiki hanyalah fenomena-fenomena atau penampakan-penampakannya saja, yang tak lain merupakan sintesis antara unsur-unsur yang datang dari luar sebagai materi dengan bentuk-bentuk apriori ruang dan waktu di dalam struktur pemikiran manusia. Tingkat Akal Budi Verstand Bersamaan dengan pengamatan indrawi, bekerjalah akal budi secara spontan. Tugas akal budi adalah menyusun dan menghubungkan data-data indrawi, sehingga menghasilkan putusan-putusan. Dalam hal ini akal budi bekerja dengan bantuan fantasinya Einbildungskraft. Pengetahuan akal budi baru diperoleh ketika terjadi sintesis antara pengalaman inderawi tadi dengan bentuk-bentuk apriori yang dinamai Kant dengan kategori’, yakni ide-ide bawaan yang mempunyai fungsi epistemologis dalam diri manusia. Tingkat intelek / Rasio Versnunft Idea ini sifatnya semacam indikasi-indikasi kabur’, petunjuk-petunjuk untuk pemikiran seperti juga kata barat’ dan timur’ merupakan petunjuk-petunjuk; timur’ an sich tidak pernah bisa diamati. Tugas intelek adalah menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan pada tingkat dibawahnya, yakni akal budi Verstand dan tingkat pencerapan inderawi Senneswahnehmung. Dengan kata lain, intelek dengan idea-idea argumentatif. Kendati Kant menerima ketiga idea itu, ia berpendapat bahwa mereka tidak bisa diketahui lewat pengalaman. Karena pengalaman itu, menurut kant, hanya terjadi di dalam dunia fenomenal, padahal ketiga Idea itu berada di dunia noumenal dari noumenan = “yang dipikirkan”, “yang tidak tampak”, bhs. Yunani, dunia gagasan, dunia batiniah. Idea mengenai jiwa, dunia dan Tuhan bukanlah pengertian-pengertian tentang kenyataan indrawi, bukan “benda pada dirinya sendiri” das Ding an Sich. Ketiganya merupakan postulat atau aksioma-aksioma epistemologis yang berada di luar jangkauan pembuktian teoretis-empiris. Dari beberapa pemikiran Immanuel Kant di atas, dapat diketahui beberapa teori pengetahuan yang dikemukakannya, antara lain Teori a prioridan a posteriori Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang bersumber tidak dari pengalaman langsung, melainkan dari aturan umum’ yang dipinjam’ dari pengalaman. Menurut Kant, kriteria pengetahuan a priori ada dua Idea of necessitykeharusan, misalnya setiap peristiwa tentu ada penyebabnya. ٍStrict-absolutebenar-benar absolut, misalnya semua benda memiliki berat. Menurut Kant, ada jenis pengetahuan yang bersumber dari dunia empirik yang bisa mencapai tingkat absolut karena kebenarannya mencapai tingkat kepastian. Sedangkan pengetahuan a posteriori atau pengetahuan empirik adalah pengetahuan yang bersumber dari pengalaman. Analitik dan Sintetik Pengetahuan diformulasikan dalam bentuk putusan judgement, ada dua bentuk Putusan analitik adalah putusan dimana predikatnya ada di dalam subyek, misalnya semua lingkaran adalah bulat. Putusan sintetik adalah putusan dimana predikatnya di luar subyek, yaitu sesuatu yang berbeda dari subyek dan memberikan tambahan terhadap subyek, misalnya semua benda memiliki berat. Obyek pengetahuan Menurut Kant, obyek pengetahuan ada dua, yaitu Nomena, adalah eksistensi yang dinalar akal intelligible existence, yaitu sesuatu yang ada di dalam diri mereka sendiri dan difikirkan oleh akal. Masalah-masalah rasional itu adalah Tuhan, kebebasan dan keabadian jiwa. Fenomena, adalah eksistensi indrawi dan menjadi obyek pengalaman dan obyek intuisi indrawi sensuous existence, bukan sesuatu yang ada di dalam dirinya sendiri. Fenomena itu berupa materi dan ada dalam realitas indrawi. Fenomena adalah obyek dari pengalaman yang bersifat mungkin. Sumber pengetahuan Indera sense, inilah yang menyerahkan obyek kepada kita. Tanpa kemampuan indrawi tidak akan ada obyek yang diberikat kepada kita. Pemahaman understanding, inilah yang memberi kita pemikiran. Tanpa pemahaman tidak akan ada obyek yang dipikirkan. Pemikiran-pemikiran Immanuel Kant kemudian juga melahirkan filsafat kritik atau biasa dikenal dengan kritisisme, dengan ciri-ciri dapat disimpulkan sebagai berikut menganggap bahwa obyek pengenalan itu berpusat pada subyek dan bukan pada obyek. menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja. menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur Anaximenes priori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu, dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi. Dari pemikiran-pemikirannya tersebut, Kant menghasilkan beberapa karya buku-buku yang cukup fenomenal, antara lain Kritik atas Rasio Murni 1781 Jerm. “Kritik der Reinen Vernunft”, Ingg. “Critique of Pure Reason” Dalam kritik ini, atara lain Kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan adalah bersifat umum, mutlak dan memberi pengertian baru. Untuk itu ia terlebih dulu membedakan adanya tiga macam putusan, yaitu Putusan analitis a priori; dimana predikat tidak menambah sesuatu yang baru pada subjek, karena sudah termuat di dalamnya misalnya, setiap benda menempati ruang. Putusan sintesis a posteriori, misalnya pernyataan “meja itu bagus” di sini predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi, karena dinyatakan setelah post, bhs latin mempunyai pengalaman dengan aneka ragam meja yang pernah diketahui. Putusan sintesis a priori; disini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang kendati bersifat sintetis, namun bersifat apriori juga. Misalnya, putusan yang berbunyi “segala kejadian mempunyai sebabnya”. Putusan ini berlaku umum dan mutlak, namun putusan ini juga bersifat sintetis dan aposteriori. Sebab di dalam pengertian “sebab”. Maka di sini baik akal maupun pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, mekanika dan ilmu pengetahuan alam disusun atas putusan sintetis yang bersifat apriori ini. Pada taraf indra, ia berpendapat bahwa dalam pengetahuan indrawi selalu ada dua bentuk a priori yaitu ruang dan waktu. Pada taraf akal budi, Kant membedakan akal budi dengan rasio. Tugas akal budi ialah memikirkan suatu hal atau data-data yang ditangkap oleh indrawi. Pengenalan akal budi juga merupakan sintesis antara bentuk dengan materi. Materi adalah data-data indrawi dan bentuk adalah apriori, bentuk apriori ini dinamakan Kant sebagai kategori. Pada taraf rasio, Kant menyatakan bahwa tugas rasio adalah menarik kesimpulan dari keputusan-keputusan. Dengan kata lain, rasio mengadakan argumentasi-argumentasi. Kant memperlihatkan bahwa rasio membentuk argumentasi itu dengan dipimpin oleh tiga ide, yaitu Allah, jiwa dan dunia. Apa yang dimaksud ide menurut Kant ialah suatu cita-cita yang menjamin kesatuan terakhir dalam gejala psikis jiwa, gejala jasmani dunia dan gejala yang ada Allah . Akal murni adalah akal yang bekerja secara logis. Menurut Kant, pengetahuan yang mutlak benarnya memang tidak akan ada bila seluruh pengetahuan datang melalui indra. Menurut Kant, jiwa kita merupakan organ yang aktif, dimaksudkan sebagai jiwa yang inheren, secara aktif mengkoordinasi sensasi-sensasi yang masuk dengan idea-idea kita. Karena dikoordinasi itulah maka pengalaman yang masuk, yang tadinya kacau, menjadi tersusun teratur. Apa makna kata sensasi dan persepsi menurut Kant? Sensasi ialah pengindraan, sensasi itu hanyalah suatu keadaan jiwa menanggapi rangsangan stimulus. Sensasi itu masuk melalui alat indra, melalui indra itu lalu masuk ke otak, lalu objek itu diperhatikan, kemudian disadari. Akan tetapi, bagaimana caranya? Ternyata, sensasi-sensasi itu masuk ke otak melalui saluran-saluran tertentu. Saluran itu adalah hukum-hukum . Karena hukum-hukum itulah maka tidak semua stimulus yang menerpa alat indra dapat masuk ke otak. Penangkapan itu diatur oleh persepsi sesuai dengan tujuan. Contohnya, Jam berdetak, Anda tidak mendengarnya, akan tetapi, detak yang sama bahkan lebih rendah, akan didengar bila kita bertujuan ingin mendengarkannya. Kemudian Jiwa mind yang memberi arti terhadap stimulus itu mengadakan seleksi dengan menggunakan dua cara yang amat sederhana, Menurut Kant, Pesan-pesan dari Stimulus disusun sesuai dengan ruang tempat datangnya sensasi, dan waktu terjadinya itu. Mind itulah yang mengerjakan sesuatu itu, yang menempatkan sensasi dalam ruang dan waktu, menyifatinya dengan ini atau itu. Ruang dan waktu bukanlah sesuatu yang dipahami, ruang dan waktu itu adalah alat persepsi. Oleh karena itu ruang dan waktu itu apriori. Kant kemudian memberikan penjelasan lagi, Dunia mempunyai susunan seperti yang kita pahami bukanlah oleh dirinya sendiri, melainkan oleh pikiran kita. Mula-mula berupa klasifikasi sensasi, selanjutnya klasifikasi sains, seterusnya klasifikasi filsafat. Hukum-hukum itulah yang mengerjakan klasifikasi itu. Selanjutnya Kant membatasi sains, namun kepastian, keabsolutan dasar sains tetap terbatas, Objek yang tampak merupakan fenomenon penampakan . Keutuhan objek yang kita tangkap dengan daya struktur mental yang inheren, melalui sensasi, terus ke persepsi lalu ke konsep idea, Contoh, Kita tidak tahu pasti dengan bulan, yang kita tahu hanya idea tentang bulan. Sains tidak mengetahui noumenon tidak tampaknya suatu ia hanya tahu fenomenon saja. Dari sini jelas bahwa Kant mampu memisahkan fenomenon dengan noumenon. Kritik atas Rasio Praktis 1788 Jerm. “Kritik der Practischen Vernunft”, Ingg. “Critique of Practical Reason” Maxime aturan pokok adalah pedoman subyektif bagi perbuatan orang perseorangan individu, sedangkan imperative perintah merupakan azas kesadaran obyektif yang mendorong kehendak untuk melakukan perbuatan. Imperatif berlaku umum dan niscaya, meskipun ia dapat berlaku dengan bersyarat hypothetical atau dapat juga tanpa syarat categorical. Imperatif kategorik tidak mempunyai isi tertentu apapun, ia merupakan kelayakan formal solen. Menurut Kant, perbuatan susila adalah perbuatan yang bersumber pada kewajiban dengan penuh keinsyafan. Keinsyafan terhadap kewajiban merupakan sikap hormat achtung. Sikap inilah penggerak sesungguhnya perbuatan manusia. Kant, ada akhirnya ingin menunjukkan bahwa kenyataan adanya kesadaran susila mengandung adanya praanggapan dasar. Praanggapan dasar ini oleh Kant disebut “postulat rasio praktis”, yaitu kebebasan kehendak, immortalitas jiwa, dan adanya Tuhan. Pemikiran etika ini, menjadikan Kant dikenal sebagai pelopor lahirnya apa yang disebut dengan “argumen moral” tentang adanya Tuhan. Sebenarnya, Tuhan dimaksudkan sebagai postulat. Sama dengan pada rasio murni, dengan Tuhan, rasio praktis bekerja’ melahirkan perbuatan susila. Kehidupan memerlukan kebenaran, sedangkan kebenaran tidak dapat seluruhnya diperoleh dengan indera dan akal, karena indera dan akal itu terbatas kemampuannya. Menurut Kant, dasar apriori itu ada pada sains, akan tetapi, indra sains itu terbatas, disinilah Critique of The Practical Reason berbicara, Kant bertanya “Bila akal dan indra tidak dapat diandalkan dalam mempelajari agama, apa selanjutnya?”. Jawabannya adalah akal atau indra dapat terus berkembang dan dikembangkan, namun setelah semua itu, moral merupakan ukuran kebenaran. Apa moral itu? Moral adalah suara hati, Perasaan, menentukan sesuatu itu benar atau salah. Moral itu Imperatif Kategori, Perintah tanpa syarat yang ada dalam kesadaran kita. Kata hati itu memerintah, perintah itu ialah perintah untuk berbuat sesuai dengan keinginan tetapi dalam batas kewajaran. Hukum kewajaran bersifat universal. Menurut Kant, apa yang dianggap sebagai sikap moral sering kali merupakan sikap yang secara moral justru harus dinilai negatif. Heteronomi moral adalah sikap dimana orang memenuhi kewajibannya bukan karena ia insaf bahwa kewajiban itu pantas dipenuhi, melainkan karena tertekan, takut berdosa, dan sebagainya. Dalam tuntutan agama, Moralitas heteronom berarti bahwa orang menaati peraturan tetapi tanpa melihat nilai dan maknanya. Heteronomi moral ini merendahkan pandangan terhadap seseorang, dan merupakan penyimpangan dari sikap moral yang sebenar-benarnya. Sikap moral yang sebenarnya adalah sikap otonomi moral, otonomi moral berarti bahwa manusia menaati kewajibannya karena ia sadar diri, bukan karena terbebani, terkekang, tuntutan, dsb. Otonomi juga menuntut kerendahan hati untuk menerima bahwa kita menjadi bagian dari masyarakat dan bersedia untuk hidup sesuai dengan aturan-aturan masyarakat yang berdasarkan hukum. Hukum adalah tatanan normatif lahiriah masyarakat . Kritik atas Daya Pertimbangan 1790 Jerm. “Kritik der Arteilskraft”, Ingg. “Critique of Judgement” Kritik atas daya pertimbangan, dimaksudkan oleh Kant adalah mengerti persesuaian kedua kawasan itu. Hal itu terjadi dengan menggunakan konsep finalitas tujuan. Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif. Kalau finalitas bersifat subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri manusia sendiri. Inilah yang terjadi dalam pengalaman estetis kesenian. Dengan finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam. Buku ini tentang persesuaian antara keperluan bidang duniawi alam dengan tingkah laku manusia,. Dengan menggunakan konsep finalitas tujuan. Menjelaskan ulang secara lengkap tentang buku pertama dan kedua Finalitas dapat bersifat subjektif dan objektif. Kalau finalitas bersifat subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri manusia itu sendiri. Dengan finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda. Sumber Ewing, 2008. Persoalan-Persoalan Mendasar Filsafat. Yogyakarta Pustaka Pelajar.
1 Aliran yang menyatakan bahwa pengetahuan terbentuk dari pengalaman adalah... a empirisme b empiririsme c rasionalisme d kritisisme e apriorisme 2 Siapakah yang menjadi penggagas bahwa pengetahuan merupakan hasil sintesis dari rasio manusia dan pengalaman? a F. Bacon b Spinoza c Habibie d Rene Descartes e I. Kant 3 Lembaga yang bertugas mengembangkan iptek dibidang kelautan aialah... a LEN Lembaga Fisika Nasional b LON Lembaga Oseanologi Nasional c LGPN Lembaga Geologi dan Pertambangan Nasional d LMN Lembaga Metalurgi Nasional e LBI Lembaga Biblika Indonesia 4 LBN adalah lembaga negara yang mengurusi di bidang... a botani b bahan kimia c manajemen bank d biologi e budaya 5 Di Indonesia, iptek senyatanya sudah digunakan sejak dahulu. Adapun dalam bidang arsitektur, bangsa Indonesia patut berbangga dengan adanya... a candi-candai b kapal phinisi c kerajinan membatik d kerajinan wayang e pakaian dan senjata adat 6 Habiebie adalah salah seorang tokoh terkenal dari Indonesia yang berjasa di bidang iptek, khususnya.... a kapal laut b pertambangan lepas pantai c kereta d handphone e pesawat terbang 7 Apa yang dimaksud dengan sipat netral iptek? a tidak dimiliki siapapun b tidak mempunyai dampak kepada siapapun c bergantung pada siapa yang menggunakannya d dapat direset seperti baru e Tidak memihak pada siapapun 8 Pengaruh iptek dalam bidang pertanian adalah... a berkurangnya lapangan pekerjaan b petani-petani menjadi malas bekerja c banyak petani meninggalkan desa d munculnya varietas tanaman baru yang lebih baik e banyaknya penipuan pada penjualan online 9 Perhatikan beberapa contoh berikut a. Dapat mencari informasi lewat Internet, b. Mengirim pesan lewat sms atau sosial media lainnya, c. membeli barang cukup berdiam diri di rumah. d. berbicara kepada seseorang yang jauh cukup dengan menjentikan jari a pertanian b komunikasi dan informasi c telekomunikasi d internet e media sosial 10 Sikap selektif dalam penggunaan teknologi berdasarkan sila pertama dari Pancasila mengajak kita untuk.... a Memperkokoh kebhinekaan Indonesia b Memperhatikan keanekaragaman budaya-budaya, agama-agama di Indonesia c membantu aparatur dalam penggunaan iptek d semakin mendekatkan kepada Tuhan YME e menciptakan kemerataan kesejahteraan di Indonesia لوحة الصدارة لوحة الصدارة هذه في الوضع الخاص حالياً. انقر فوق مشاركة لتجعلها عامة. عَطَل مالك المورد لوحة الصدارة هذه. عُطِلت لوحة الصدارة هذه حيث أنّ الخيارات الخاصة بك مختلفة عن مالك المورد. تتبع المتاهة قالب مفتوح النهاية. ولا يصدر عنه درجات توضع في لوحة الصدارة. يجب تسجيل الدخول حزمة تنسيقات يجب تسجيل الدخول خيارات تبديل القالب تفاعلية ستظهر لك المزيد من التنسيقات عند تشغيل النشاط.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. RASIONALISME Dalam pembahasan tentang suatu teori pengetahuan, maka Rasionalisme menempati sebuah tempat yang sangat penting. Paham ini dikaitkan dengan kaum rasionalis abad ke-17 dan ke-18, tokoh-tokohnya ialah Rene Descartes, Spinoza, leibzniz, dan Wolff, meskipun pada hakikatnya akar pemikiran mereka dapat ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik misalnya Plato, Aristoteles, dan lainnya. Paham ini beranggapan, ada prinsip-prinsip dasar dunia tertentu, yang diakui benar oleh rasio manusi. Dari prinsip-prinsip ini diperoleh pengetahuan deduksi yang ketat tentang dunia. Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi manusia dan tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip ini. Prinsip-prinsip tadi oleh Descartes kemudian dikenal dengan istilah substansi, yang tak lain adalah ide bawaan yang sudah ada dalam jiwa sebagai kebenaran yang tidak bisa diragukan lagi. Ada tiga ide bawaan yang diajarkan Descartes, yaituPemikiran; saya memahami diri saya makhluk yang berpikir, maka harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat merupakan wujud yang sama sekali sempurna; karena saya mempunyai ide “sempurna”, mesti ada sesuatu penyebab sempurna untuk ide itu, karena suatu akibat tidak bisa melebihi saya mengerti materi sebagai keluasaan atau ekstensi, sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu itu menurut logika Leibniz yang dimulai dari suatu prinsip rasional, yaitu dasar pikiran yang jika diterapkan dengan tepat akan cukup menentukan struktur realitas yang mendasar. Leibniz mengajarkan bahwa ilmu alam adalah perwujudan dunia yang matematis. Dunia yang nyata ini hanya dapat dikenal melaui penerapan dasar-dasar pemikiran. Tanpa itu manusia tidak dapat melakukan penyelidikan ilmiah. Teori ini berkaitan dengan dasar pemikiran epistimologis Leibniz, yaitu kebenaran pasti/kebenaran logis dan kebenaran fakta/kebenaran pengalaman. Atas dasar inilah yang kemudian Leibniz membedakan dua jenis pengetahuan. Pertama; pengetahuan yang menaruh perhatian pada kebenaran abadi, yaitu kebenaran logis. Kedua; pengetahuan yang didasari oleh observasi atau pengamatan, hasilnya disebut dengan “kebenaran fakta”. Paham Rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia adalah rasio. Jadi dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio maka mustahil manusia itu dapat memperolah ilmu pengetahuan. Rasio itu adalah berpikir. Maka berpikir inilah yang kemudian membentuk pengetahuan. Dan manusia yang berpikirlah yang akan memperoleh pengetahuan. Semakin banyak manusia itu berpikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Berdasarkan pengetahuan lah manusia berbuat dan menentukan tindakannya. Sehingga nantinya ada perbedaan prilaku, perbuatan, dan tindakan manusia sesuai dengan perbedaan pengetahuan yang didapat tadi. Namun demikian, rasio juga tidak bisa berdiri sendiri. Ia juga butuh dunia nyata. Sehingga proses pemerolehan pengetahuan ini ialah rasio yang bersentuhan dengan dunia nyata di dalam berbagai pengalaman empirisnya. Maka dengan demikian, seperti yang telah disinggung sebelumnya kualitas pengetahuan manusia ditentukan seberapa banyak rasionya bekerja. Semakin sering rasio bekerja dan bersentuhan dengan realitas sekitar maka semakin dekat pula manusia itu kepada kesempunaan. Prof. Dr. Muhmidayeli, menulis dalam bukunya Filsafat Pendidikan yaitu “Kualitas rasio manusia ini tergantung kepada penyediaan kondisi yang memungkinkan berkembangnya rasio kearah yang memedai untuk menelaah berbagai permasalahan kehidupan menuju penyempurnaan dan kemajuan” Dalam hal ini penulis memahami yang dimaksud penyedian kondisi diatas ialah menciptakan sebuah lingkungan positif yang memungkinkan manusia terangsang untuk berpikir dan menelaah berbagai masalah yang nantinya memungkinkan ia menuju penyempunaan dan kemajuan diri. Karena pengembangan rasionalitas manusi sangat bergantung kepada pendyagunaan maksimal unsur ruhaniah individu yang sangat tergantung kepada proses psikologis yang lebih mendalam sebagai proses mental, maka untuk mengembangkan sumber daya manuia menurut aliran rasionalisme ialah dengan pendekatan mental disiplin, yaitu dengan melatih pola dan sistematika berpikir seseorang melalui tata logika yang tersistematisasi sedemikian rupa sehingga ia mampu menghubungkan berbagai data dan fakta yang ada dalam keseluruhan realitas melalui uji tata pikir logis-sistematis menuju pengambilan kesimpulan yang baik Secara epistimologi, istilah empirisme barasal dari kata Yunani yaitu emperia yang artinya pengalaman. Tokoh-tokohnya yaitu Thomas Hobbes, Jhon Locke, Berkeley, dan yang terpenting adalah David dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriyah maupun pengalaman Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari semacam perhitungan kalkulus, yaitu penggabungan data-data inderawi yang sama, dengan cara yang berlainan. Dunia dan materi adalah objek pengenalan yang merupakan sistem materi dan merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum mekanisme. Atas pandangan ini, ajaran Hobbes merupakan sistem materialistis pertama dalam sejarah filsafat dan metode empirisme pertama kali diterapkan oleh Jhon Locke, penerapan tersebut terhadap masalah-masalah pengetahuan dan pengenalan, langkah yang utama adalah Locke berusaha menggabungkan teori emperisme seperti yang telah diajarkan Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Penggabungan ini justru menguntungkan empirisme. Ia menentang teori rasionalisme yang mengenai ide-ide dan asas-asas pertama yang dipandang sebagai bawaan manusia. Menurut dia, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Menurutnya akal manusia adalah pasif pada saat pengetahuan itu didapat. Akal tidak bisa memperolah pengetahuan dari dirinya sendiri. Akal tidak lain hanyalah seperti kertas putih yang kosong, ia hanyalah menerima segala sesuatu yang datang dari pengalaman. Locke tidak membedakan antara pengetahuan inderawi dan pengetahuan akali, satu-satunya objek pengetahuan adalah ide-ide yang timbul karena adanya pengalaman lahiriah dan karena pengalaman bathiniyah. Pengalaman lahiriah adalah berkaitan dengan hal-hal yang berada di luar kita. Sementara pengalahan bathinyah berkaitan dengan hal-hal yang ada dalam diri/psikis manusia itu menuru David Hume bahwa seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah “persepsi”. Menurut Hume persepsi terdiri dari dua macam, yaitu kesan-kesan dan gagasan. Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sementara gagasan adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan bisa diartikan dengan cerminan dari kesan. Contohnya, jika saya melihat sebuah “rumah”, maka punya kesan tertentu tentang apa yang saya lihat rumah, jika saya memikirkan sebuah rumah maka pada saat itu saya sedang memanggil suatu gagasan. Menurut Hume jika sesorang akan diberi gagasan tentang “apel” maka terlebih dahulu ia harus punya kesan tentang “apel” atau ia harus terlebih dahulu mengenal objek “apel”. Jadi menurut Hume jika seandainya manusia itu tidak memiliki alat untuk menemukan pengalaman itu buta dan tuli misalnya, maka manusia itu tidak akan dapat memperoleh kesan bahkan gagasan sekalipun. Dalam artian ia tidak bisa memperoleh ilmu pengetahuan. Lihat Filsafat Selengkapnya
siapakah tokoh yang menjadi penggagas bahwa pengetahuan merupakan hasil sintesis